Rabu, 05 November 2008

Novel Ayat-Ayat Cinta

Nama : Galih Mohammad Ramdhan

Kelas : Bahasa B ( Semester V )

NIM : 0604834

No absen : 01

Tugas : Sejarah dan Teori Sastra

Novel : Ayat-ayat Cinta karangan Habiburrahman El Shirazy

(angkatan 2000 )Di karangan di Bangefayu wetan Semarang. Rabu 8 Oktober 2003, pukul 01.30 dini hari.

Penerbit : Basmala REPUBLIKA

Cetakan : Cetakan Pertama, Desember 2004

Tebal Buku : 419 Halaman

A. Sinopsis

Ini adalah kisah cinta, tapi bukan kisah cinta sekedar kisah cinta yang biasa, ini tentang bagamana menghadapi turun-naiknya persoalan hidup dengan cara Islami. Fahri Bin Abdullah adalah pelajar dari Indonesia yang berusaha menggapai gelar masternya di Al-Azhar berurat dengan berbagai macam target dan kesederhanaan hidup.

Bertahan denngan menjadi penerjemaah buku agama, semua target dijalani. Fahripenuh antusias kecuali MENIKAH. Kenapa ? karena Fahri adalah laki-laki yang begitu lurus, dia tak mengenal pacaran sebelum menikah. Dia kurang artikulatif saat berada dengan makhluk yang namanya perempuan. Hanya sedikit perempuan yang dia kenal. Neneknya, Ibunya dan saudara perempuanya betul begitu ?

Seperti pindahnya ke Mesir membuat hal itu berubah. Tersebutlah Maria Grigis, tetangga satu flat dan mengagimi Fahri, dan juda dia mengagumi Al-Quran serta hapai sebagian surat, kekaguman berubah menjadi cinta, sayang cinta Maria hanya tertulis buku catatan haria Maria. Nurul adalah seorang gadis dari Indosenia sama halnya dengan Fahri, hanya saja Nurul orang tuanya sangat kaya dan terkenal dengan mempunyai pondok pesantren, Fahri menjadi minder akan kemampuan orangtuanya dan fahri gak mungkin mencintai nurul anak ustd dari Indonesia pemilik pesantren, kemudian Noura adalah gadis mesir yang selalu disiksa oleh ayahnya dan kakanya yaitu Bahadur, karena ayahnya tidak menganggap Noura sebagai anaknya, karena Noura berbeda kulit dengan ayahnya, dia tersiksa dan disebut anak haram dan di jual oleh Bahadur, tetapi Fahri, Maria, dan Nurul Menolongnya.dan Noura menaruh hati pada Fahri bahkan berlebih, Noura menginginkan Fahri jadi suaminya, tetapi Fahri hanya kasian dan simpati pada kesabaran Noura. Hal tersebut menjadi masalah yang panjang dan sangat tragis, Noura memfitnah Fahri memerkosa Noura, sehingga Fahri dijebloskan kepenjara. Aisah gadis turki yang tinggal dengan pamannya di Mesir dai kenal Fahri saat di metro, dan saat mewawancara dengan orang Amerika, pada saat itu Fahri dekat dan ternyata Aisah itu masih keterkaitan dengan guru besar Fahri yaitu Syiakh Utsman dan beliau merencanakan menjodokan Fahri dengan Aisah, dan Fahri dengan Aisah sama-sama suka dan saling mencintai. Lalu Bagamana bocah desa nan lurus menghadapi semua ini. Siapakah yang dipilih, bisakah semua dalam jalur Islam yang sangat ia yakini?



B. Unsur-unsur Intrinsik Pada Novel Ayat-Ayat Cinta.

a. Tema

Perjuangan dalam melawan ketidak adilan

b. Tokoh

Tokoh utama : Fahri, Nurul, Maria, Aisah, Noura

Tokoh Pembatu :

Saeful, Rudi,Hamdi, Tuan Boutros ( ayah Maria ), Nahed ( Ibu Maria ), Syaikh Usman ( Guru Besar Fahri ), Syaikh Ahmad ( Dosen Fahri di Al-Azhar ), Ustd Jalal ( Paman Nurul ) dan istinya, Eqbal dan Istinya ( Paman dan bibi Aisah ), Amru ( Pengacara ), Magdi ( polisi ), Bahadur dan Kaka Noura, adik-adik Maria.

c. Plot / Alur : Alur maju

  1. Perkenalan :

Pada saat Fahri mulai berpendidikan di Universitas Al-Azhar dan tinggal di flat bersama reka mahasiswa dari Indonesia, kemudian kenal dengan tetangga dekatnya yaitu Maria sekeluarga. Serta menjalankan perkuliahan sebagaman mestinya serta mengenal orang-orang Mesir diantaranya Syaikh Usman, Syaikh Ahmad dan tak lupa teman teman aktifis dari Mesir juga teman sepermainan Fahri pada saat main bola.

  1. Pertikaian :

Dimulai pada saat mal hari disana ada gadis yang disiksa, dan gadis itu adalah Noura, dia disiksa dibawah dekat flat Fahri dan kedengaran oleh Fahri, dia hendak mau menolong, tapi Fahri enggan, karena dia seorang gadis perempuan, kemudian dia meminta tolong Maria untuk menolong Noura, walaupun Maria takut oleh Bahadur ayah Noura, dia terpaksa dan akhirnya Noura tertolong dan Noura di titipkan di Nurul.

Adapun pertikaian pada saat pertikaian Fahri saat Fahri Pulang dari Alexsandria berbulan madu, dia di tangkap karena di tuduh memperkosa seorang gadis mesir yaitu Noura.dan Fahri tidak sempat menjelaskan pada Istrinya Noura. Kemudian pada saat kemudian adapulan tertentangan sengit pada saat Fahri sedang diadili dan pengakuan Noura karena telah di perkosa oleh Fahri pada saat dia menolong, sedangkan Fahri tidak mersa melakukan hal tersebut, di dukung oleh pengakuan seorang masyarakat yang tinggal di flat dekat Fahri, hal tersebut membuat Fahri kecewa atas perlakuan Noura yang telah memfitnah Fahri.

  1. Klimak :

Saat Fahri di dalam penjara di tuduh dan di siksa habis-habisan dan dan dipenjara di bawah tanah, krena telah menghamili Noura gadis yang ditolong Fahri dari kekejaman Bahadur, disana Fahri mengalami kesediahan yang luarbisa karena pertama. Penyiksaan dan di tahan dalanm penjara bawah tanah, sedangkan Aisah sedang mengalami hamil yang pertama,kedua. Bulan tersebut adalah bulan Ramadhan yang mana Fahri dan Aisah merencanakan Umroh pada saat bulan Ramadhan,hal tersebut hal yang dinantikan oleh mereka berdua, tapi malah sebaliknya mereka mengalamicobaan yang perih. Ketiga Pada saat persidangan Fahri dituduh habis-habisan oleh pengaduan Noura dan salah seorang saksi yang melihat kejadian itu, yang memperkuat bahwa Fahri bersalah dan bakalan dihukum mati. Keempat Fahri tidak mempunyai bukti bahwa ia tidak bersalah, kecuali salah satu kunci utama dalam memecahkan kasus ini adalah Maria sebagai saksi yang bias membebaskan fahri, sedangkan maria sedang terbaring koma.

  1. Peleraian :

Akhirnya jalan satu-satunya Fahri terpaksa menikahi Maria yang terbaring koma, karena alasan dia akan sembuh apabila di sentuh oleh Fahri, serta Fahri tertekan akan beberapa hal termsauk dari Aisah dan orang tua Maria.yaitu pertama saksi kunci dalam kasus ini adalah Maria. Kedua. Fahri cemas dan bertanggung jawab atas Aisah yang sedang mengandung, ia pengen Fahri segera bebeas dan ia ingin bahwa pada saat melahirkan anaknya Fahri harus hadir di sisinya, dan Aisah pun mengijinkan Fahri menikahi Maria secepatnya. Dan akhirnya Mereka Menikah dan dan Maria sembuh dengan sentuhan Fahri, walaupun dia masih duduk di Bantu dengan kuris roda, dan dia bis menjadi saksi kunci kasus Fahri Dengan Noura. Dan Alhamdulilah kebenaran selalu menang Fahri Bebas dengan kekasian Maria, serta kejujuran Noura kenapa dia melakuakn hal sehina tersebut karena dia mencintai Fahri. dan saksi yang melihat merupakan saksi palsu.

  1. Akhir :

Fahri memiliki 2 oarang istri yang sholeh yang pertama Aisah dan yang Kedua Maria yang masih sakit-sakitan karena dia terlalu emosi pada saat persidangan, dan akhirnya maria di rawat kembali, dan pada saat dia dirawat ada keanehan yang terjadi pada Maria, yaitu maria tertidur dan bermimpi tiba di 7 pintu sorga dan dia mau masuk karena kenikmatanya, ternyata dia tidak di perbolehkan masuk samapai pintu keenam dan pintu terakhir dia bolh masuk tapi dengan syarat yaitu pertama harus mempunyai wudlu dan syahadat, kemudian dia kembali pulang dan seseorang itu menunggu kembalinya Maria. Maria terbanun dan dihadapannya ada Fahri dan Aisah, dia meminta tolong untuk melakukan wudlu dan syahadat, kemudian Fahri membantu dan ia bercerita kejadian di dalam mimpinya, kemudian Maria Meminta Fahri dan Aisah untuk memngajarkan syahadat, pada saat selesai syahadat, maka selesai pula riwayat Maria dia meninggal dengan diakhiri Dua Kalimah Syahadat, ada pesan ketika ngobrol dengan Fahri juga Aisah, Maria akan menunggu Fahri di sorga Firdaus untuk memadu cinta dan kasih.

d. Perwatakan :

  1. Fahri : Rajin, Pintar, Sabar,Terencana, Tepat waktu, Ikhlas, Ulet, Penolong, sholeh, aktifis, pintar dalam memimpin,lurus, penuh dengan target
  2. Nurul : Rajin, Pintar, Pemalu tidak terbuka, kaku, emosi, sholeh
  3. Maria : Ceria, Suka bergurau, rajin, Pintar, tapi fisiknya lemah, manja tertutup.
  4. Aisah : Orangnya lembut, sabar, ikhlas, terencana, pintar, sholehah, seba mewah.
  5. Noura : Orangnya tertutup, sulit di tebak,pintar, tapi dia kejam, emosi, pendiam.

e. Setting / latar : Mesir Kairo Al-azhar ( Negara Mesir Benua Afrika ).flat, Masjid, Restoran, Metro, Penjara Rumah sakit, Alexsandria.

f. Pusat Pengisahan : Tokoh utama menuturkan ceritanya sendiri

g. Amanat :

  1. Dalam merencanakan sesuatu pasti akan ada halangan dan rintangan yang menghadang tujuan yang hedak di capai tidak akan berjalan dengan mulus.
  2. Semakin banyak ilmu / pengetahuan yang di terima atau di dapat, maka semakin banyak pula hambatan, godaan yang haris di lewati dan di pecahkan dengan hati yang sabar dan yakin akan ada hikmanya.

h. Sudut Pandang : Aku sebagai orang I

i. Gaya Penulisan : Khas,unik, penuh dengan nuansa religi, punuh dengan romantis cintaC

C. Kutipan Pada Novel Ayat-Ayat Cinta.

a. Kutipan Ke-1

“ Kau juga suka menghafal Al-Quran aku tidak salah dengar ? heranku.

Ada yang aneh?”

Aku diam tidak menjawab.

“aku hafal surat Maryam dan surat Al-Maidah di luar kepala

“Benarkan?”

Kau tidak percaya? Coba kausimak baik-baik!”

Maria lalu melantunkan surat Maryam yang ia hafal. Anehnya ia terlebih dahulu membaca ta’awwudz dan basmalah. Ia tahu ada bab dan tata cara membaca Al-Quran.Pada saat Maria dan fahri di dalam Metro. ( halaman 24 )

b. Kutipan Ke-2

“Busyit! Hei perempuan bercadar, apa yang kaulakukan!”

Pemuda itu berbaju kotak-kotak bangkit dengan muka merah Ia berdiri tepat di samping perempuan bercadar dan membentaknya dengan kasar. Rupanya ia mendengar dan mengerti percakapan mereka berdua.

Perempuan bercadar kaget. Namun aku tidak bias menangkap raut kagetnya sebab mukanya tertutup cadar. Yang bias kutangkap adalah gerakan kepalanya yang terperangah. Kedua matanya yang sedikit menciut, kulit putih antara dua matanya sedikit mengkerut seperti mau bertemu.

“ Hal a…ana khata?” Ucap perempuan bercadar tanggap. Ia memakai bahasa fusha bukan bahasa amiyah. Maksudnya bias dipahami. Tapi susunanya janggal. Apakah mungkin karena dirinya terlalu kaget atas bentakan pemuda Mesir itu.

Mendengar jawaban seperti itu si pemuda malah semakin naik pitam. Ia kembali membentak dan maki-maki secra kasar dan bahasa amiya,

“Yakhrab baitik! Kau telah menghina seluruh orang mesir yang ada dimetri ini. Kau sungguh keterlaluan! Kelihatanya saja bercadar, sok alim, tetapi sebetulnya kau perempuan bangsat! Kau kira kami tidak tahu sopan-santun apa ? sengaja kami mengacuhkan orang amerika itu untuk sedikit memberikan pelajaran. Ee..bukanya kau dukung kami. Kau malah mempersilahkan setan-setan bule itu duduk. Dan seolah paling baik, kau sok jadi pahlawan dengan memintakan maaf atas nama kami semua. Kau ini siapa, he?”

Pemuda itu sudah keterlaluan. Akau berharap ada yang bertindak. Ashraf dan lelaki setengah baya berpakaian abu-abu mendekati pemuda dan perempuan bercadar. Aku sedikit lega.

“Kau sungguh kurang ajar perempuan! Kau membela bule-bile Amerika yang telah membuat bencana di mana-mana. Di afganistan. Di Palestina. Di Irak dan dimana-mana. Mereka juga tak henti-hentinya mengguyahkan Negara kita. Kau ini muslimah macam apa!?” Ashraf marah sambil menuding-nuding perempuan bercadar itu.

Aku kaget bukan main. Aku tak mengira Ashraf akan berkata sekasar itu. Kelegan itu jadi kekecewaan mendalam.

“ Meski kau bercadar dan membawa mushaf kemana-mana, nilaimu tak lebih dari seorang syarmuthah! Umpat lelaki berpakaian abu-abu.

Ini sudah keterlaluan. Menuduh seorang baik-baik sehina pelacur tidak bias di benarkan.

Aku membaca istigfar dan sholawat berkali-kali. Aku sangat kecewa pada mereka. Perempuan itu diam seribu bahasa. Matanya berkaca-kaca. Bentakan, cacian, tudingan dan umpatan yang ditujukan padanya memang sangat menyakitkan. Aku tak bias diam. Kucopoti topi yang menutupi kopiah putihku. Lalau akyu mendekati merka sambil mencopoti kaca mata hitamku.

“ Ya jama’ah, shalli alan nabi, shalli alanabi1” ucapku pada mereka sehalus mungkin. Cara menurunkan amarah orang mesir adalah mengajak membaca sholawat. Entah riwayatnya dulu bagamana. Di mana-mana, seluruh Mesir, jika ada orang bertengkar atau marah, cara meleraikanya dan meredamnya pertama-tama adalah mengajak membaca sholawat. Shalli Nabi, artinya bacalah sholawat keatas nabi. Cara ini biasanya sangat manjur.

Benar, mendengar ucapanku spontan mereka membaca sholawat. Juga para penumpang metro yang mendengat.orang mesir tidak mau dikatakan bakhil. Dan tiada yang lebih bakhil dari orang yang mendengar nama Nabi, atau diminta bersholawat tapi tidak mau mengucapkan sholawat. Begitu penjelasan Syaikh Ahmad waktu kutanyakan ihwal anah orang meredam amarah. Justru tidak adsa orang sedang marah lantas kita bilang padanya, La taghahab! Yang artinya, jangan marah, terkadang marah membuat ia semakin marah.

Akau lalui menjelakan pada mereka yang yang dilakukan itu bebar. Bukankah menghina orang mesir, justru sebalinya. Dan umpatan=umpatan yang dio tujukan padanya itu tidak sangat sopan dan tiodak dibenarkan. Aku beberkan alesan-alesan kemanusian, mereka bukan sadar malah kembali naik fitam. Sipemudan marah dan cela die\riku dengan sengit. Juga si bapak yang berpakaian abu-abu. Sementara Ashraf bilang, “ Orang Indonesaia sudahlah, kau jangan ikut campur urusan kami.

Aku kembali mengajak mereka membaca sholawat. Aku nyaris kehabisan akal. Akhirnya beberapa hadis Nabi untuk menyadarkan mereka. Tapi orang mesir seringkali muncul besar kepalanya dan merasa paling menang sendiri.

Pemuda Mesir malah menukas sengak, “Orang Indonesia, kautahu apa sok mengajari tentang islam, heh! Entah belajar bahasa arab baru kemaren sore. Juz Amma entah hapal entah tidak.Sok Pintar kamu! Sudah kau diam saaja, belajar baik-baik selama di sisni dan jangan ikut campit urusan kamu!”

Aku diam saat sambil berfikir bagamanana caranya menghadapi anak firaun yang sombong dank eras kepala ini. Aku melirik Ashraf. Mata kami bertatapan. Aku berharap dia berlaku adil. Dia telah berkenalan dengan ku tadi. Kami pernah akrab meskipun cumin sesaat. Kupandang dia dwengan bahasa mata mencela. Asharaf menundukan kepalanya, lalu berkata,

“ Kapten, kau tidak boleh berkata seperti itu. Orang Indonesia ini sudah menyelesaikan Licien-nya di AlAzhar. Sekarang dia sedang menempuh program magisternya. Walau bagamanapun, dia seorang Azhari. Kau tidak boleh mengecilkan dia. Dia hafal Al-Quran. Dia murid ASyaikh Utsman Abdul Fattah yang terkenal itu”.

Pembelaan Asharaf ini sangat berartyi bagiku. Pemuda baju kotak=kotak itu melirik kepadaku lalu menunduk. Mungkin dia malu telah berlaku tidak sopan. Tyetapi lelaki berpakaian abu-abu kelihatanya tidak mau menerima begituh saja.

“ dari mana kau tahu? Apa kau teman satu kuliahnya?” tanyanya.

Asharaf tergagap, “ tidak aku tidak teman kuliahnya. Akau tahu saat berekenalan dengannya tadi.”

“ kau terlalu mudah percaya. Bisa saja dia bohong. Program magister di Al-Azhar tidak mudah. Jadi murid Syaikh Utsman juga tidak mudah.” Lelaki itu mencela Ashraf. Dia lalu berpaling kearahku dan berkata” Hei orang Indonesia, kalau benar S.2 di Al-Azhar mana kartumu ?”

Lelaki itu membentak seperti introgator tawanan perang, berurusan dengan orang awam Mesir yang keras kepala memang haris sabar. Tetapi, jika mereka sudah tersentuh hatinya, mereka akan bersikap ramah dan luar biasa bersahabat. Itulah salah satu keistimewaan watak orang Mesir. Terpaksa kubuka tas cangkokku talaqqi sab’ah dari Syaikh Ustman. Todak hanya itu, aku juga menyerahkan selembar tashdiq resmi dari universitas. Tasdiq akan ku gunakan untuk memperpankang visa sabtu depan.

Lelaki setengah baya itu lalau meneliti dua kartu dan tashdiq yang masih gres dengan seksama. Ia menggut-manggut, kemudian menyerahkan kepada pemuda berbaju kotak-kotak yang keras kepala yang ada disam[pingnya.

“ Kebetulan saat ini saya sedang menuju Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq utuk talaqqi. Kalau ada yang mau ikut menjumpai Syaik Ustman boleh menyertai saya.”. ujarku tenng penuh kemenangan.

Kulihat wajah mereka tidak sepiotman tadi. Sudah lebih mencair. Bahkan ada gurat rasa malu pada wajah mereka. Jika kebenaran ada di depan mata, orang ZMesir mudah luluh hatinya.

“ Maafkan kelancangan kami, Orang Indonesia. Tapi perempuan bercadar ini tidak pantas di bela. Ia telah melakukan tindakan bodoh!” kata pemuda Mesir berbaju kotak-kotak sambil menterahkan kedua kartu dan tasdiq kepadaku.

Aku menghela nafas panjang. Metro melaju kencang menembus udara panas. Sekali debu masuk berhamburan.

“Terus terang, aku sangat kecewa pada kalian! Ternyata sifat kalian tidak seperti yang digambarkan Baginda Nab9. Beliau pernah bersabda bahwa orang-orang Mesir sangat halus dan ramah, maka beliau memerintahkan kepada sahabarnya, jika kelak membuka bumi Mesir hendaknya bersikap halus dan ramah. Tapi ternyata kalian sangat kasar. Aku yakin kalian bukan asli orang Meswir. Mungkin kalian sejatinya sebagai bani Israel. Orang Mesir asli seperti Syaikh Muhammad Mutawalli Sy’rawi yang ramah dan pemurah”ucap datar. Aku yakin akan membuat hati orang Mesir yang mendengarnya bagaikan tersengat aliran listrik.

( halaman 40 )

c. Kutipan Ke-3

Di tengah sayoknya bercengkraman, tiba-tiba kami mendengar suara orang tidiur. Suara lelaki dan perempuan bersumpah serapah berbaur dengan suara menjerit da tangis seorang perempuan. Suara itu dating dari bawah. Kami ke tepi suthuh dan melihat kebawah.

Benar, digerbang papartemen kami melihat seorang gadis diseret oleh seorang laki hitam dan ditendangi tanpa ampun oleh seorang perempuan. Gadis yang diseret menjerit dan menangis. Sangat mengibakan. Gadis itu diseret samapai ke jalan.

***

Aku paling tidak tahan mendengar perempuan menangis. Kuajak teman-teman turun kembali ke flat. Mereka bertanya apa yang harus dilakukan untuk menolong Noura. Aku diam belum menemukan jawaban. Aku masuk kamer, kubuka jendela, angina malam semilir masuk. Noura masih tersiak-siak di bawah tiang lampu. Aku dan teman-teman tidak mungkin menolong Noura. Meskipun dengan sepatah kata untuk menghibut hatinya. Aku untuk memberitahukan padanya bahwa sebenarnya ada yang peduli padanya. Tidak mungkin. jika ada yang salah persepsi urusannya. Apalagi Si Hitam bahadur bias melakukan apa saja tanpa pertimbangan akal sehatnya.

Aku teringat Maria. Ia gadis yang baik hatinya. Rasa ibaku pada Noura menggerakan tanganku untuk mencoba mengirimkan sms pada Maria.

“ Maria Apa kau bangun. Kaudengan suara tangis dibawah sana?”

Kutunggu. Lima menit. Tak ada jawaban. Kuulangii lagi. Kutunggu lagi. Ada jawaban.

“Ya aku bangun. Aku mendengarnya. Aku melihat dari jendela Noura memeluk tiang lampu”

Lalu aku berdialog dengan maria lewat sms.

‘Apa kau tidak kasian padanya?’

“Sangat kasian”

“Apa kau tidak tergerak untuk menolongnya”

“Tergerak. Tapi tidak mungkin”

“Kenapa?”

“Si Hitam bahadur bis melakukan apa saja.

Ayahku. Tidak mau berurusan dengannya.”

“tidaklah kau bias turun dan menyeka airmatanya. Kasihan Noura. Dia perlu seseorang yang menguatkan hatinya.”

“ Tidak mungkin”

Kau lebih lebih memungkinkan dari pada kami”

“Sangat susah memungkinkan!” Maria Menolak.

“Kumohon turunlah dan usaplah airmatanya. Aku paling tidak tahan jika ada perempuan menangis.

Aku tidak tahan. Kumohon. Andaikan aku halal baginya tentu aku akan turun mengusap airmatanya dan membawanya ke tempatr yang jauh dari linangan airmata selama-lamanya.”

“Untuk yang ini jangan paksa aku, Fahri! Aku tidak Bisa!.”

“Kumohon demi rasa cintamu pada Al-Masih Kumohon!”

“Baiklah demi cintaku pada Al-masih akan kucoba. Tapi kau harus tetap mengawasi dari jendelamu. Jika ada apa-papa kau hatrus berbuat sesuatu.”

“Jangan kuatir. Tuhan menyertai orang yang berbuat kebajikan”. ( halaman 72 )

d. Kutipan ke-4

“ Jika seorang suami melihat ada gejala istrinya hendak nusyuz, hendak menodai ikatan suci pernikahan, maka Al-Qur’an memberikan tuntunan bagamana seorang suami harus bersikap untuk mengembalikan istrinya ke jaln yang benar, demi menyelamatkan keutuhan rumahtangganya. Tuntunan itu ada dalam surat An-Nisaa ayat 34. di situ Al-quran memberikan tuntunan melalui tiga tahapan.

“Pertama, menasihati istrinya dengan baik-baik, kata-kata yang bijaksana. Kata-kata yang menyentuh hatinya sehingga dia bias segera kembali kejalan yang lurus. Sama sekali tidak diperkenankan mencela istri dengan kata-kata kasar. Baginda Rasullulaoh melarang hal itu. Kata-kata kasar lebih menyakitkan dari pada tusukan pedang.

JIka dengan nasihat tidak juga mempan, Al-Quran memberikan jalan kedua, yaitu pisah tempat tidur dengan istri. Dengan harapan istri mulai nusyu itu bisa merasa dan intropeksi. Seorang istri yang benar-benar mencintai suaminya dia akan sangat terasa dan mendapatkan teguran jika sang suami tidak mau tidur dengannya. Dengan teguran ini diharapkan istri kembali saleh. Dan rumah tangga tetap utuh harmonis.

“ Namun jika ternyata sang istri memang bebal. Nuraninya telah tertutupi oleh hawa nafsunya, Ia tidak mau juga berubah setelah diingatkan dengan dua cara tersebut, barulah menggunakan cara yang ketiga, yaitu memukul. ( halaman 96 )

e. Ketiapan ke-5

DALAM PERJALANAN PULANG entah kenapa aku merasakan kecemasan yang menyusup begitu saja dalam jiwa. Selama melewati jalan lurus yang membawa pandang pasir aku terus berdoa agar diberi keselamatan sampai tujuan. Kupandang lekat-lekat wajah Aisah yang sedang konsentrasi mengemudikan kendaraan. Dalam hati aku berkata

Aku cemas bila kehilangan kau

Aku cemas pada kecemasanku.

Aisah tarsus mengebut dengan tenang. 90 kam/jam. Semua kendaraan berjalan cepat. Tak ada yang lambat. Bus West Delta menyabil dengan kecepat gila. Memasuki Giza, awal masuk kota Cairo dari arah Alexsandria, kami hamper di sebuah restoran untuk makan malam dan sedikit mewmbeli oleh-oleh buat si Hosanm dan Magdi. Dia penjaga apartemen. Dua malam sebelum Ramadhan tiba. Rencana umrah awal Romadhon tiba. Rencan berangkat umrah awal ramadhan teroaksa di undur satu minggu.

Baru masuk rumah. Sms dari Yousef dating. Menggambarkan kondisi Maria semakin memburuk dan terpaksa harus dirawat dirumah sakit maadi. Kondisi sangat lelah. Tidak mungkin langsung meluncur ke maadi. Aku membalas dengan menggambrkan bari tiba dari Alexsandria dan isnsya Allah pagi akan dating menjenguk.

Selesai membersihkan badan dengan air hangat kami shalat berjamaah. Selesai sholat aku turun kebawah membawa oleh-oleh untuk Hosam dan Magdi. Dua bungkus ayam panggang dan dua jaket baru. Mereka senang sekali menerimanya. Aku akan terlelap. Aisah terbangun dan berlali kekamar madi. Ia mintah-muntah. Kubuntuti dia. Kupijit-pijit tengkuknya, mukanya pucat. Dalam pikiranku dia masuk angina dan kelelahan. Ia bekerja keras, memforsir tenaga dan pikiranya untuk menulis biografi ibunya selama di Alexsandria. Ia juga harus konsentrasi selama dtiga jam mengwendarai mobil.

Aku merasa sangat kasian pada istriku. Aku berniat aku harus bisa menyetir agar istriku tidak kelelahan. Ku gosok punggungnya dengan minyak kayu putih. Telapak tangan, kaki, perut dan lehernya kuolesi minyak kayu putih. Kubuatkna ramuan andalanku jika sedang meriang. Segelas madu hangat diberikan habbah barkah. Rasulluloh pernah mengabarkan bahwa habba berkah bisa menjado obat segala penyakit. Setelah meminum ramuan itu kuajak Aisah tidur.

Pagi hari ia tampak segar. Pukul sembulan saat aku bersiap mengajaknya ke Rumah Sakit. Tiba-tiba dia kembali muntah-muntah. Aku bingng. Aku takut ia terkena penyakit yang orang jawa bilang masuk angina kasep, yaitu masuk angina yang bertumpuk-tempuk dan parah. Aku urung ke Maadi, dengan taksi kubawa aisah ke klinik terdekat. Seorang dokter berjilbab memeriksanya Hampir setengah jam lamanya Aisah berada dalam kamar periksa dengan dokter berjilbab. Ketika kuduanya keluar, dokter itu tersenym, “ Selamat! Setelah kami periksa air seninya dan kami lanjutkan dengan USG, istri anda posutif hamil!”.

Wajah aisah cerah, Kepadaku ia mengeringkan air mata kananya. Aku merasakan kebahagiaan luar biasa. Begitu sampai di flat Aisah berkata dengan cerah,

“ Melodi cinta yang kaumainkan sungguh ampuh, Suamiku. Dan memangf saat malam pertama dan malam-malam indah setelah itu adalah saat aku sedang berada dalam masa subur. Allah telah mengatur sedemikan indahnya. Segala puji bagi-Nya yang telah memberikan anugrah-Nya yang agung ini pada kita berdua.

Aku tersenym dan langsung mencium pipinya yang bersih. Aisah menggeliat manja. Ia lalu mengangkat telepon memberi tahu bibinya, sarah. Ia juga memberi tahu akbar Ali, Pamanya di turki. Aku melihat kalender. Tak terasa kami telah hidup bersama sejak malam pertama itu selama satu bulan lebih. Hari-hari indah selalu begitu saja tanpa terasa. Rasanya aku baru sehari bersamamu Aisah.

Untuk menghayati keagungan nikmat yang telah tuhan berikan, kuajak Aisah sujud dan shalat dhuha. Kepadanya aku berpesan untuk tidak beraktivitas keluar rumah. Menjelang Zuhur aku bersiap untuk menjengung Maria yang sakit. Aisah kuminta dirumah. Dia pesan dibelikan buah pir dan kurma. Tiaba-tiba ada orang membunyikan bel dengan keras sekali. Aku bergegas membuka pintu dibuntuti Aisah yang penasaran siapa yang membunyikan bel seperti orang gila itu. Behitupun pintu kubuka. Tiga orangf polisi berbadan kekar menerobios masuk tanpa permisi dan menghardikj,

“Kau yang bernama Fahri Abdullah?1”

“ Ya benar, ada apa? “

“ Kami mendapat perintah untuk menangkapmu dan menyeretmu ke penjara, ya mugrim! Bentak polosi berkumis tebal.”

Kalian bawa surat penangkapan dan pa kesalahanku/”

“Ini suratnya, kesalahanmu lihat saja nanti di pengadilan”

Aku membaca selembaran kertas itu. Aku ditangkap atas tuduhan memerkosa. Bagamana bbisa terjadi.

“Ini tidak mungkin! Ini pasti ada kesalahan. Saya tidak mau ditangkap!” bentaku. ( halaman 302 )

f. Kutipan ke-6

Akhirnya hakim memulai siding, sambil meninggu Maria dating, Amru mengajukan Syaik Ahmad dan istrinya sebagai saksi. Mereka berdua tampil bergantian memberikan kesaksisn. Ummum Aiman, istri Syaikh Ahmad menangis saat memberikan kesaksiannya. Ia merasa sangat sakit hatinya ata apa yang dilakukan Noura. Sambil terisak dan sesekali menyeka matanya. Ummu Aiman berkata “ Entah dengan siapa Noura melakukan perzinahan Tapi jelas bukan Fahri. Apa yang dikatakan Noura bahwa Fahri memperkosanya adalah fitnah yang sangat keji. Noura sungguh gadis yang tahu diri. Ia telah ditolong tapi memfitnah orang yang dengan tulus hati menolongnya. Aku hanya bisa bersaksi bahwa selama Noura di Tafahna ia menceritakan kejadian malam itu dan tidak pernah menyebut bersama Fahri dari jam tiga sampai Azan pertama. Ia bercerita malam itu ia bersama Maria sampai pagi. Jika pengadilan ini akhirnya memenangkan seorang pemitnah akan dininasahkan oleh keadilan tuhan.

Kulihat reaksi Noura. Dia hanya menunduk kepala. Sementara ayah dan ibunya menatap Ummu Aiman tanpa kedip dan tatapan garang dan kebencian. Jksa penuntut mencerca Ummu Aimkan dengan beberapa pertanyaan dan Ummu Aiman menjawabnya dengan tenang. Beberapa kali ia menjawab “ Tidak Tahu “

Kwetika Ummu Aiman turun dari memberikan kesaksisn, maria dating. Ia duduk diatas kursi roda didorong oleh adiknya Yousef, diiringin Aisah, Tuan Broutus, Madame Nahed, Paman Eqbal, Bibi Sarah, dan seorang Polisi berdasi yang gagah. Melihat Maria dating serta merta Syaikh Ahmad bertakbir diikuti gemuruh takbir orang-orang Indonesia. Polisi berdasi langsung mendekati Syaikh Ahmad berbincang sebentar lalau mendekati Amru. Dia tampak menyerahkan beberapa berkas. Amru melihar berkas itu sebentar lalu tersenyum padaku. Amru meminta kepada hakim untuk mendengarlan kesaksian Maria.

“ Pak Hakim dan seluruh yang hadir dalam siding ini, saya berani bersaksi atas nama Tuhan Yang Maha Mengetahui bahwa Noura malam itu, sejak pukul dua malam sampai pagi berada di kamarku. Ia tiadak sama sekali tidak keluar dari kamarku. Ia selalu bersamaku. Jika dia mengatakan pukul tiga aku mengantarkanya turunkerumah Fahri itu bohong belaka. Dalam rentang waktu itu dia sama sekali tidak keluar dari rumahku. Jika Noura mengatakan permohonan atas dirinya terjadi dalam rentang waktu itu sungguh tidak masuk akal. Bagaimana mungkin ada pemerkosaan waktu itu padahal dia berada dikamarku. Dan Fahri berada dikamarnya.

“ Pak Hakim dan hadirin semuanya. Saya ingin memberikan kejelasan yang sejujurnya. Di tempat ini saya hendak berkata apa yang sebenarnya yang saya alami. Sebenarnya apa yang saya katakana pada pengadilan pertama tidak benar saya meminta maaf atas kesaksian palsu saya.” ( halaman 382 ).

g. Kutipan ke-7

“ Aku sungguh tak mengerti dengan apa yang kualami Maria. Tapi bagamana mulanya kau bisa sampai disana?”

“ Aku tidak tahu awal mulanya bagamana. Tiba-tiba saja aku berada dalam alam yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Dari kejauhan aku melihat istana hijau bersinar-sinar. Aku dating kesana. Aku belumpernah melihat bangunan istana yang luasnya tiada terkira, dan indahnya tiada pernah terpikir dalam benak manusia. Luar biasa indahnya. Ia memiliki banyak pintu. Dari jarak sangat jauh aku telah mencium wanginya. Aku melihat banyak sekali manusioa berpakaian indah satu persatu masuk ke dalamnya lewat sebuah pintu yang tiada terbayangkan indahnya.

“ Kepada mereka aku bertanya, ‘ istana yang luar biasa indahnya ini apa? ‘ mereka menjawab, ‘ini surga ‘ Hatiku bergetar. Dari pintu yang terbuka itu akau bisa sedikt melihat apa yang ada didalamnya. Sangat menakjubkan. Taka ada kata-kata yang bisa menggambarkan. Tak ada pikiran yang mempu melukiskan. Aku sangat tertarik maka aku ikut barisan orang-orang yang satu persatu masuk kedalamnya. Ketika kaki mau masuk melangkah masuk seorang penjaga dalam senyum menawan berkata padaku, ‘Maaf, Andea tidak boleh lewat pintu ini. Ini Babush shalat. Pinti khusus untuk orang-orang shalat. Dan anda tidaktermasuk golongan mereka! Aku sangat kecewa.

“ Akyu lalu berjalan kessisi lain. Dio sana adapintu yang juga sedang penuh dimasuki anak manusia berpakaian indah. Akau mau ikut masuk. Seorang penjaga yang ramaha berkata’Maaf, anda tidak boleh lewat pintu ini. Ini namanya Babur Rayyan. Pintu khusus orang-orang berpuasa. Adan tidak termasuk golongan mereka!’ Aku sangat sedih. Hatiku kecewa luar biasa.

“Aku melihat di kejauhan masih ada pintu. Akau berjalan kesana dengan harapan bisa masuk lewat pintu itu. Namun ketika hendak masuk seorang penjaga yang wajah bercahaya berkata. “Maaf, anda tidak boleh masuk lewat sini. Ini Babuz Zakat. Pintu khusus untuk orang-orang yang menunaikan zakat. Pintu khusus untuk orang-orang yang menunaikan zakat. Anda bukanlah golongan dari mereka.’ Ada banyk pintu. Dan setiap kali aku hendak masuk selalu dicegah penjaganya.

“Sesampai di pintu terakhir namanya Babut Taubat. Aku juga tidak boleh masuk. Karena itu khusus orang-orang yang taubanya diterima olah Allah. Dan aku tidak termasuk golongan mereka. Aku kembali ke pintu-pintu sebelumnya. Semuanya tertutup rapat. Orang – orang sudah masuk semua. Hanya aku sendirian di luar. Aku mengedor-gedor pintu Babau Rahmah tak ada yang membuka.

“Aku hanya mendengar suara, jika kau memang penghuni surgha tidak perlu mengetuknya karena kau pasti punya kuncinya. Byukakanlah pintu-pintu itu dengan kunci surga yang kaumiliki!’ Aku menangis sejadi-jadinya. Aku tidak memiliki kuncinya. Aku berjalan dari pintu satu ke pintu yang lain dengan airmata menetes di sepanjang jalan. Aku putus asa. Aku tergugu di depan Babur rahmah. Aku mengharu biru pada tuhan. Aku ingin menarik belas kasih-Nya dengan membaca ayat-ayat sucinya. Yang kuhapal adalah surat Maryam yang tertera di dalam Al-qur’an. Dengan mengharu biru aku membacanya penuh penghayatan.

“selesai membaca surat Maryam aku lanjutkan surat Thaha. Sampai ayat sembilan puluh sembilan aku berhenti karena Babur Rahmah terbuka perlahan. Seorang perempuan yang luar biasa anggun dan sucinya keluar mendekatiku dan berkata,

‘Aku Maryam. Yang baru saja kusebut dalam aya-ayat suci yang kubaca. Aku diutus oleh Allah untuk menemuimu. DIa mendengar haru biru tangismu. Apa maumu?’

‘aku ingin masuk surga. Bolehkan?

‘Boleh. Surga memang dipermaklumkan bagi semua hamba-Nya. Tapi kau harus tahu kuncinnya?

‘Apa itu kuncinya?’

‘Nabi pilihan Muhammad Saw. Telah mengajarkannya berulang-ulang. Apakah kau tidak mengetahuinya?’

‘aku tidak mengikuti ajaranya.’

“itulah salahmu.’

‘Kau tidak akan mendapatkan kunci itu selama kau tidak mau tunduk penuh ikhlas mengikitu ajaran Nabi yang paling dikasihi Allah ini. Aku sebenarnya dating memberitahukan kepadamu kunci masuk surga. Tapi karena kau sudah menjaga jarak dengan Muhammad Saw. Maka aku tidak diperkenankan untuk memberitahukan padamu.’

“Bunda Maryam mambalikan badan dan hendak pergi. Aku langsung menubruknya dan lalu bersimpuh dikakinya. Aku menangis tersedu-sedu. Mohon agar diberitahu kunci surga itu. ‘Aku hidup untuk mencari kerelaan Tuhan. Akau ingin masuk surga hidup bersama orang-orang yang beruntung. Aku akan melakukan apa saja, asal masuk surga. Bunda Maryam tolonglah aku. Berilah aku kunci itu! Aku tidak mau merugi selama-lamanya.’ Aku terus menangis sambil menyebut-nyebut nama Allah.

“Akhirnya hati Bunda Maryam luluh. Dia duduk dan mengelus kepala dengan penuh kasih saying, ‘Maria dengarkan baik-baik! Nabi Muhammad Saw. Telah mengajarkan kunci masuk surga. Dia bersabda, barang siapa berwudlu dengan baik, kemudian mengucap sahadu an laa ilaaha illalah wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluh ( Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusa-Nya maka akan dibukakan delapan pintu surga untuknya dan dia boleh masuk yang mana ia suka! “Jika kau ingin masuk surga, lakukanlah apa yang diajarkan oleh Nabi pilihan allah itu. Dia nabi yang tidak pernah bohong. Dai Nabi yang semua ucapannya benar. Itulah kunci surga! Dan ingat Maria, kau harus melakukannya dengan penuh keimanan dalam hati, bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah. Tanpa keimanan itu, yang kaulakukan sia-sia. Sekarang pergilah untuk berwudlu. Dan cepat kembali kemari, akyu akan menunggumu di sisni. Kita nanti masuk bersama. Aku akan membawa ke surga Firdaus, tempat para anbiya, syuhada, shalihin, dan orang-orang yang dimulyakan Tuhannya!

‘Setelah mendengar nasihat dari Bunda Maryam, aku lalu pergi mencari air untuk mudhlu. Aku berjalan ke sana kemari namun tidak menemukan air. Aku terus menyebut nama surga. Aku ingin masuk surga. Aku ingion kesana. Bunda Maryam menungguku di Babur rahmah. Itulah kejadian atau mimpi yang aku alami. Oh Fakri, suamiku, maukah kau menolongku?

“Apa yang bisa aku lakukan untukmu, Maria?”

“Bantulah aku berwudhlu. Aku masih mencium bau surga. Wanginya merasuk dalam sukma. Aku ingin masuk ke dalamnya. Di sana aku berjanji akan mempersiapkan segalany dan menunggumu untuk bercinta. Memadu kasih dalam cahaya kesucian dam kerelaan Tuhan selama-lamanya. Suamiku, Bantu aku berudhlu sekarang juga!”

Aku menuriti keinginan Maria. Dengan sekuat tenaga aku membopong Maria yang kurus kering ke kamar mandi. Aisah membantu membawa tiang infuse. Dengan tetap kubopong, Maria diwudhui oleh Aisah. Setelah selesai, Maria kembali kubaringkan di atas kasur seperti semula. Dia menatapku dengan sorot mata bercahaya. Bibirnya tersenyum lebih indah dari biasanya. Lalu dengan suara lirih yang keluar dari relung jiwa ia berkata.

Ashadu an laa ilaaha illallah

Wa asyhadu anna Muhammadan abduhu warasuluh!

Ia tetap tersenyum. Menatapku. Menatap tiada berkedip. Perlahan pandangan matanya meredup. Tak lama kemudian kedua matanya yang bening itu menutup rapat. Kuperiksa nafasnya telah tiada, nadinya tiada lagi denyutnya. Dan jantungnya tiada lagi terdengar detaknya. Aku tak kuasa menahan derasnya leleh airmata. Aisah juga. Inna lillahi wa inna o\ilaihi raajiun!

Maria menghadap Tuhan dengan menyungging senyum di bibir. Wajahnya bersih seakan diselimuti cahaya. Kata-kata yang tadi diucapkannya dengan bibir bergetar itu kembali terngiang-ngiang ditelinga,

“Aku masih mencium bau surga. Wanginya merasuk dalam sukma. Aku ingin masuk ke dalamnya. Di sana aku berjanji akan mempersiapkan segalany dan menunggumu untuk bercinta. Memadu kasih dalam cahaya kesucian dam kerelaan Tuhan selama-lamanya. Aku masih mencium bau surga. Wanginya merasuk dalam sukma. Aku ingin masuk ke dalamnya. Di sana aku berjanji akan mempersiapkan segalany dan menunggumu untuk bercinta. Memadu kasih dalam cahaya kesucian dam kerelaan Tuhan selama-lamanya.

Sambil tersiak Aisah melantunkan ayat,

Yaa ayyatuhan bafsul muthmainnah

Irji’ioi ilaa Rabbiki

Raadhyatan mardhiyyah

Fadkhulli fii ibaadii

Wadkhulii jannatii

( Hai jiwa yang tenang

kembali kamu kepada Tuhanmu

dengan hatii puas lagi diridhai

Maka Masuklah kedalam golongan hamba-hamba-Ku

Maka masuklah kedalam surga-Ku. )

Saat itu Madame Nahed, terbangun dari tidurnya dan bertanya sambil mengucek kedua matanya, “ Kenapa kalian menangis?”

Kaca jendela mengembun. Musim dingin sesdang menuju puncaknya. O, apakah di surga sana ada musim dingin ? ataukah malah musim semi selamanya ? Ataukah musim-musim di sana tidak seperti yang ada di dunia? O, hanya Allah yang tahu.

Allahuma inni as-aluka ridhaaka wal jannah. Ya Allah, aku mohon ridha-Mu dan surga-Mu. Amin.

( halaman 398 )


D. Unsur-Unsur Ekstrinsik

a. Biografi Pengarang :

Pofil Penulis

HABIBURRRAHMAN EL SHIRAZY, LAHIR DI Semarang, pada hari Kamis, 30 september 1976. Memulai pendidikan menengahnya di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Maranggen, Demak di bawah asuhan KH. Abdul Basir Hamzah. Pada tahun 1992 ia merantau ke Kota Budaya Surakarta untuk belajar di Madrasah aliyah Program khusus ( MAPK) Surakarta, lulus pada tahun 1995 setelah itu melanjutkan pengembangan intelektualnya ke Fak. Ushuluddin, Jurusan Hadis, Universitas Al-Azhar, Cairo dan selesai pada tahun 1999. Telah merampunmgkan Postgraduate Diploma ( Pg. D ) S2 di The Institute for Islamic Studies in Cairo yang didirikan oleh Imam al-Baiquri ( 2001 ). Profil karyanya pernah menghiasi beberapa koran dan majalah, baik local maupun Nasional, seperti solo Pos, Republika, Annida, saksi, sabili, Muslimah, dll.

Beberapa karya Kang Abik, baik yang sudah maupun akan terbit, Ketika Cinta Berbuah Surga ( Cetakan ke-2 MQS Publishing, 2005 ), Pudarnya Pesona Cleopatra ( Cetakan ke 2, Republika, 2005 ), Di Atas Sajadah Cinta ( Cetakan ke-3, Basmala, 2005 ). Sekarang merampungkan Langit Makkah Berwarna Merah, Bidadari Bermata Bening, Dalam Mihrab Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih. Dari beberapa novel yang sedang dirampungkannya itu, setelah kesuksesan Ayat-Ayat Cinta yang meledak dan fenomenal, Kang abik, memilih akan segera meluncurkan novel Ketika Cinta Bertasbih terlebih dahulu. Novel ini diperkirakan setebal 500 halaman dengan setting Mesir- Indonesia ini semoga lebih baik dan lebih berkah.

b. Waktu Penciptaan : Negara Mesir Khairo Al-Azhar

c. Situasi Penciptaan : Kebanyakan hal yang menyedihkan saat Fahri di tuduh memperkosa seorang gadis Mesir yaitu Noura, saat Maria Terbaring di rumah sakit, saat Fahri di Penjara dan terakhir saat Maria meninggal dunia.

d. Karya Sejaman : tahun 2000, atau angkatan 2000.

Selasa, 04 November 2008